Alangkah Lucunya Negeri Ini
Film Alangkah Lucunya Negeri ini karya Dedi Mizwar menceritakan tentang kondisi masyarakat indonesia saat ini. Menurut saya judul ini sangat cocok dijadikan dalam judul film ini. Kenapa seperti itu?.. coba kita lihat dalam kehidupan sehari – hari kita atau saat kita menonton sang reporter dari salah satu setasiun tv yang memberitakan kasus korupsi dengan kasus pencopetan. Kasus korupsi yang merugiakan Negara bertriliun – triliun rupiah sangat sulit sekali ditangkap. Kalaupun ketangkap hukuman paling maks 10 tahun penjara. Bandingkan dengan pencopet yang mencopet puluhan ribu. Mereka harus menerima hukuman yang begitu berat. Bahkan nyawa merekapun bagaikan telur diatas ujung tanduk.
Orang mencopet karena kurang ilmu pengetahuan sehingga mereka tidak bisa melakukan suatu perkerjaan yang membutuhkan ilmu pengetahuan. Ya… alasan seperti itu bisa diterima oleh masyarakat umum. Banyak anak – anak Indonesia yang putus sekolah karana kondisi ekonomi mereka yang jauh di bawah garis kemiskinan. Menjadi pencopet itulah yang dijadikan alternative dari kebanyakan mereka untuk menyambung hidup. Sekarang bandingkan dengan pemerintah yang melakukan korupsi… apakah mereka kurang ilmu pengetahuannya?... Rasanya tidak mungkin.. coba perhatikan beografi para koruptor.. gelar Sarjana Ekonmi, Sarjana Teknik, Sarjana Pendidikan, Doktoral, atau bahkan Profesor melekat pada nama mereka…mm.
Yang malah membuat negeri ini tambah lucu lagi yaitu orang yang beralih dari pekerjaan haram kepekerjaan halal malah tetap ditangkap dan dihukum juga. Contohnya dalam film ini, orang yang dulunya berprofesi sebagai pencopet , kemudian beralih menjadi pedagang asongan malah ditangkap oleh satpol pp. Hhe.. ya begitulahh indonesia. Orang “besar” terlindungi sedangkan orang “kecil” tersakiti.
Dalam UUD 1945 yang terdapat dalam pasal 34. Isinya menyatakan bahwa Anak – anak terlantar dan masyarakat miskin diplihara Negara. Namun tetap saja, kemiskinan yang ada di indonesia ini belum juga teratasi hingga sekarang, bahkan bertambah lebih banyak lagi. Para pejabat – pejabat tinggi Negara yang seharusnya melindungi dan mengayomi masyarakat yang dipimpinnya malah mengurusi dirinya sendiri dan kelompoknya. Uang yang seharusnya dialokasikan untuk masyarakat miskin malah digunakan untuk memuaskan kebutuhan batin para pemimpin negeri ini. Mengambil uang Negara ( korupsi) sudah menjadi tradisi turun temurun.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda yang berpendidikan harus cepat tanggap dalam menghadapi keadaan seperti ini. Kita jangan membiarkan para pejabat – pejabat, para peminpin – pemimpin negeri ini menindas masyarakat kita. Kita sebagai genarasi muda harus senantiasa berperan aktif dalam memberantas kemiskinan dan korupsi di negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar