Kamis, 08 Desember 2011

Resensi Ketika Bunga Bicara




                                Judul Buku : Ketika Bunga Bicara
                                Penulis       : Nunik Utami, Dewi Reika, Teresa Soetaryo                
                                Penerbit     : PT Elex Media Komputindo
                               Cetakan      : Pertama
                               Tebal Buku : 180 halaman

Nunik Utami Ambarsari, Dewi Rieka Kustiantari, Teresa Soetaryo  adalah para kartini – kartini yang berbakat di bidang sastra, terutama novel dan cerpen . Nunik Utami Ambarsari, ibu satu anak yang suka menulis. Karyanya lebih banyak berupa novel dan bacaan untuk anak. Nunik lahir di Sleman, Yokyakarta, 10 Mei 1979. Banyak sekali prestasi - prestasi yang berhasil diukirnya. Begitupun juga dengan Dewi Rieka Kustiantari yang biasa disapa  Dedew, perempuan sunda bugis engrengkang ini suka sekali menulis di sela kegiatan mengajar si kecil yang baru saja berjalan. Buku – buku yang merupakan hasil karyanya antara lain: Anak Kos Dodol the Series, Melacak penulis Misterius, Puspa dan Satwa dalam  Alqur’an.Banyak sekali prestasi – prestasi yang berhasil diukirnya. salah satunya yaitu ia pernah menjadi Juara Tiga Lomba Cerpen Misteri Bobo 2007.
Selanjutnya ada  satu lagi kartini yang berbakat yang lahir di Solo, yaitu teresa Soetaryo. Cewek yang energik dan berprinsip you are as young as you feel ini cinta banget ama buku,phobi novel Sophie Kinsella, dan menulis. Mereka semua saling mengenal pertama kali di dunia maya. Kemudian seiring dengan berjalanya waktu, kini menjadi sahabat nyata nyata, saling mendukung dalam banyak hal. Dan pada akhirnya mereka dapat menyusun suatu buku kumpulan cerpen remaja true story yang berjudul Ketika Bunga Bicara. “Bunga”, itulah kata yang sering dipakai oleh mereka pada setiap karangannya.  Kumpulan cerpen “ Ketika Bunga Bicara “ secara tidak langsung membuat ketertarikan ingin membacanya. Yang paling mempengruhi itu adalah judulnya, yang sudah familiar dengan remaja-remaja.Hanya dengan membaca sekilas tentang judulnya, orang mungkin akan menggap buku kumpulan cerpen ini menceritakan tantang kisah percintaan semata. Anggapan seperti itu salah. Buku kumpulan cerpen in tidak hanya menceritakan tentang kisah percintaan tapi juga tentang masalah – masalah social. Bahasanya yang disunakan dalam cerpen ini sangat mudah dimengerti. Penggunaan bahasa sehari – hari dalam buku kumpulan cerpen ini membuat pembaca terasa ikut merasakan peristiwa yang diceritakan. Kelebihan lain dari buku ini yaitu semua cerpen – cerpen yang disajikan dikelompokan sesuai dengan tema.  pada setiap akhir cerita, pengarang selalu menberi informasi tambahan mengenai khasiat jenis bunga tertentu. Hal tersebut dapat  menambah pengetahuan lebih bagi para pembacanya. Cerita – cerita yang merupakan True Story pengarang menambah daya tarik tersendiri untuk membacanya. Namun, masih ada seddikit kekurangan dari buku kumpulan cerpen tersebut, yaitu pada salah satu cerita yang berjudul “Violet Ungu untuk Kakak Kelas”. Cerita tersebut terkesan belum selesai. Hal tersebut membuat pembaca bertanya tanya apa yang kan terjadi pada tokoh – tokoh yang diceritakan.
Dari 51 cerita yang disajikan ada dua cerita yang paling menyentuh hati. Cerita tersebut antara lain “ Orang Kuat Itu”, “Bakung Desa”,”Kaulah Matahariku”.  “Orang Kuat Itu”, merupakan suatu judul cerpen yang menceritakan tentang ibu dari salah seorang pengarang. Ibu tersebut fisiknya sangat lemah. Dokter mendiagnosis dia terkena penyakit jantung lemah. Tiap hari dilaluinya dengan berbagai obat – obatan yang menurut dokter tidak bisa menyembuhkan, hanya memperpanjang harapan hidup. Satu – satunya sarana kesembuhan hanya lewat beda jantung yang mustahil bisa dibayar. Tapi dia melalui hari – harinya dengan cuek, kecuali bekerja terlalu keras yang  tidak bisa ditolelir oleh jantungnya. Di balik jantunganya yang lemah, si ibu ini menyimpan cinta yang luar biasa besarnya terhadap keluarganya termasuk si pengarang. Dia adalah seseorang  yang penyabar. Dia punya segudang maaf  dan cinta yang lebih luas daripada alun – alun. Semuanya itu menjadikanya menusia terkuat yang pernah di kenal pengarang. Si ibu ini diibaratkan oleh pengarang seperti bunga bougenvil yang mudah luruh karena ringkih, namun dibaliknya ternyata menyimpan kekuatan yang luar biasa.  Semakin berada di kondisi yang kering dan tidak disiram, semakin keras usaha si Bougenvile untuk hidup dan berbunga. Bahklan, ditanah yang kering dia berbunga semakin lebat. Namun takdir berkata lain. Sekuat – kuatnya manusia bertahan, Tuhanlah yang tetap berkuasa. Si ibu ini pada akhirnya meninggal dunia. Walaupun raganya sudah tidak ada, semangat dan cintanya tetap melekat pada hati si pengarang. cerita yang kedua yang berjudul “Bakung Desa” mempunyai inti cerita yang sama dengan cerita pertama. Yu Ngat. Itulah nama tokoh yang diceritakan oleh pengarang. Yu Ngat, pedagang sayur keliling di kompleks slah satu pengarang yang menjajahkan daganganya dengan cara digendong.kehidupan Yu Ngat dan keluarganya bisa dibilang miskin.

 Tapi hebatnya, Yu Ngat  sama sekali tidak putus asa. Dengan segakla keterbatasan, dia terus berusaha mencari nafkah sebagai pedagang sayur keliling. Seiring dengan berjalanya waktu, kesabaran Yu Ngat  berbuahkan hasil. Yu Ngat memiliki banyak pelanggan. Sehingga pada akhirnya dia bisa membeli sepeda yang dijadikan sarana untuk berdagang. Ada suatu hal yang tidak pernah berubah dari Yu Ngat. Penampilannya tetap sederhana dan bersahaja. Tidak banyak yang menyangkah bahwa dialah bunga bakung desa yang memberikan sumbangsih besar bagi keluarga.Orang tak akan pernah menyangkah  bakung itu indah sebelum mekar.
 Lalu cerita yang ketiga berjudul “Kaulah Matahariku” cerita ini lebih mendalam lagi tentang keteguhan hati salah satu pengarang dalam menerima kenyataan bahwa ibunya divonis oleh dokter mengalami kanker  paru-paru dan umurnya hanya bisa bertahan kurang lebih satu tahun. Pada suatu ketika setelah lebaran usai, ibunya sangat ingin sekali pulang ke kampong halaman. Sepertinya dia sekeluarga merasa itu adalah permintaan terakhir ibunya. Sesampainya di Pemalang, si pengarang beserta keluarganya berziarah ke semua makam keluarga yang telah meninggal. Sesampainya di rumah saudaranya si pengarang melihat tanaman bunga matahari yang berjajar indah sekali. Warna kuningnya membuat suasana hati jadi lebih semangat. Disaat seluruh keluarga merasa putus asa dengan keadaan yang sedang di alami, bunga matahari itu membuatnya sedikit berharap,bahwa masih ada harapan sembuh untuk ibunya.karena bagi si pengarang ibunya ibunya memang seperti matahari yang menyinari hari-hari si pengarang sekeluarga. Akhirnya ibunya bukan meninggal setahun setelah dokter memvonis ibunya, tetapi umur ibunya hanya delapan bulan. Bagi pengarang, Tak ada lagi saat untuk berbagi cerita bersama ibunya, tak ada lagi acara berburu baju bersama dan foto bareng pakai baju yang sama .
Kesimpulan dari kumpulan cerpen inii sangat bagus karena bisa membuat pembacanya penasaran dan semua makna ceritanya sangat mendalam, banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil di buku itu, bahasanya tidak berbeli-belit tapi sangat mudah di mengerti.
Setelah membaca buku kumpulan cerpen “ Ketika Bunga Bicara ‘ karya Nunik Utami, Dewi Rieka Teresa Soetaryo, sangat berdampak positif terhadap pembacanya dan banyak sekali hikmah yang bisa diambil, selain itu bisa menjadikan kita sadar dalam dalam menjalani hidup ini.
Keunikan dari buku kumpulan cerpen ini yaitu si pengarang mampu mengelompokkan 51 kisah nyata yang dialami pengarang dalam suatu buku yang bertemakan “Bunga”.

Resensi Novel Mimpi sang Garuda







PERJUANGAN ANAK DALAM MERAIH IMPIAN


Judul                  : Mimpi Sang Garuda
Penulis               : Benny Rhamdani
Tahun terbit       : 2009
Cetakan             : pertama
Harga                 : Rp 25.000,00
Tebal buku         : 130 halaman

Buku ini ditulis yaitu dengan tujuan untuk megingatkan pembaca soal mimpi. Untuk memperjuangkan dan mencapai mimpi ternyata tidak semudah membalikkan tangan, tapi melalui rintangan – rintangan yang tidak mudah. Kadang kala rintangan tersebut datang dari orang yang sangat kita cintai. Benny Rhamdani, penulis novel ini. lahir di Jakarta pada 15 November. Mulai menulis cerita dan dongeng anak - anak sejak usia 10 tahun. Tapi, karyanya baru dimuat di majalah BOBO ketika dia duduk di bangku SMP, dan hingga kini telah menulis ratusan cerpen dan dongeng anak di berbagai media setak. Kegemaran Kak Benny adalah membaca buku dan berselancar di internnet.


Ketika itu di sebuah sekolah  ada anak yang bernama Bayu dan Edwin dia adalah sahabat sejati yang selalu bermain bola bersama. Suatu hari di sekolahnya sedang kedatangan murid baru yang bernama Heri. Dia anak yang gagap dan selalu dibantu kursi roda ketika jalan. Dia dalam keseharianya di temani oleh sahabat setianya yang bernama Bang Duloh. Di sekolah juga ada anak yang bernama Amelia. Dia adalah anak yang pandai dan suaranya sangat merdu saat bernyanyi
Bayu mempunyai seorang ayah yang bernama Ali. Dia dulunya adalah seorang pemain sepak bola yang terkenal. Tapi sekarang dia menjadi supir taksi karena dia terkena cedera kaki dan tidak bisa sembuh. Bayu mempunyai keinginan untuk menjadi seorang pemain sepak bola terkenal. Ayahnya sangat mendukung impianya tersebut,namun tidak dengan kakeknya. Kakeknya yang bernama Pak Usman tidak ingin ingin cucu tercintanya nantinya bermain sepak bola. Dia menginginkan cucunya menjadi pegawai pertamina. Bayu sering dimarahi kakeknya ketika dia membawa sepatu bola. Untung ada ayah dan ibunya yang selalu Membelahnya.
Suatu hari Bayu ditantantang bermain sepak bola oleh sekolah lain. Dengan hati senang Bayu menerima tantangan tersebut. Kemudian Bayu mengajak teman – temanya untuk gabung dengan dia dalam permainan itu. Heri salah satu temanya tidak bisa ikut pertandingan Karena dia menggunakan sepatu roda.  Dia dan Amelia, agdis baik hati duduk di samping lapangan dan meraka hanya memberi dukungan kepada Bayu agar bisa menang dalam pertandingan. Dan pada akhirnya pertandingan dimenangkan oleh tim Bayu. Setelah permainan tersebut usai, Bayu bergegas ingin pulang ke rumah. Dia pulang diantar oleh Heri. Pada saat Bayu sampai di rumah, kakek Bayu, Pak Usman mengetahui bahwa Bayu telah bermain bola. Kemudian kakek memarahi Bayu. Bayu sangat takut melihat mata kakek yang melototinya. Bang Alipun tidak tinggal diam melihat anaknya dimarahi. Kemudian adu mulutpun terjadi antara Kakek Bayu dengan ayah Bayu. Untungnya ibu bayu dengan kata – kata yang lembut mampu melerai mereka.
Keesokan harinya, kakek Bayu sengaja membakar sepatu bola Bayu agar Bayu tidak bisa lagi bermain bola. Dan pada akhirnya Bayu mengetahui Hal tersebut. Dia sangat marah sekali pada kakeknya. Tapi dia tidak bisa melampiaskan kemarahanya karena dia sangat sayang sekali pada kakeknya. Dia tidak menyangka bahwa kakeknya tega melakukan hal tersebut. Ayahnya sangat sedih melihat hal tersebut. Kemudian dia memarahi Pak Usman, ayahnya. 
 Beberapa hari setelah kejadian tersebut, yaitu tepatnya di pagi hari Pak Usman pergi meninggalkan rumah. Ibu Bayu menemukan secarik kertas di kamar yang ditempati kakek. Melihat hal tersebut Bayu merasa kasihan kepada kakek. Bagaimanapun kakek sudah tidak muda lagi. Pasti akan kesepian tinggal sendirian. Bayu berencana menjemput kakeknya dan mengajak dia untuk kembali. Namun rencana tersebut ditolak oleh ayahnya.
Hari – hari Bayu berlalu tanpa kakeknya. Bayu sudah berusaha menelpon kakenya namun tak ada jawaban. Kerinduhan Bayu akan kakenya sedikit terobati ketika timnas Indonesia Akan bermain dengan Thailand. Dia berencana menonton dengan teman sekelasnya. Dan seluruh biaya ditanggung oleh Heri. Dan pada waktu Heri datang ke rumah Bayu, dia menawari Bayu agar Pak Ali, ayah Bayu juga ikutan bergabung nonton. Tapi sayangnya ayah Bayu pada jam dimulainya pertandingan masih bekerja. Pak Ali berusaha untuk bisa hadir dalam pertandingan tersebut.
Pada saat pertandingan dimulai ayah Bayu masih belum datang. Dan pada saat babak pertengahan berlangsung tiba- tiba terompet yang di bawah oleh Bayu terjatuh. Bersamaan dengan itu gelas Ibu Bayu juga terjatuh dan pecah dan kakek bangun dari tidur siangnya karena mimpi buruk. Dan ternyata taksi yang ditumpangi oleh pak Ali, ayahnya Bayu. Ditabrak truk dari arah yang berlawanan. Dan seketika itu juga ayah Bayu meninggal dunia.
Beberapa hari setelah pemakaman tersebut, Bayu masuk  sekolah dan dia kembali mendapatkan ungkapan belasungkawa dari teman – temanya. Terutama Heri. Dia mengungkapkan belasungkawanya dengan perkataan yang berbeda dari biasanya yang gagap. Dia ternyata sudah mengalami perubahan semenjak dia sering mendengarkan lagu yang dinyanyikan oleh Amelia.
Hari pun berlalu. Lambat laun, Bayu sudah mulai terbiasa tanpa canda dan tawa bersama ayahnya. Ibunya memberi nasehat kepada dia agar tidak menunjukan kesediahan terlalu lama kepada orang banyak karena itu merupakan kelemahan kita. Di sekolah dia selalu duduk bersama dengan Heri dan selalu bercanda ria.      

Alur dalam cerita tersebut sangat jelas sehingga mudah dipahami. Dan bahasa yang dipakai dalam cerita tersebut membuat si pembaca ikut dalam cerita tersebut.  Bahasa yang kebanyakan menggunakan bahasa yang biasanya digunakan oleh anak menambah daya tarik sendiri bagi novel tersebut. Selain itu, gambar yang digunakan sebagai ilustrasi sangat bagus sehingga membuat cerita tersebut seperti hidup.
Tapi gambar yang digunakan sebagai ilustrasi sangat kurang. Gambar ilustrasi ditunjukkan setelah peristiwa selesai. Selain itu, bentuk huruf(font) yang digunakan kurang menarik dan cenderung datar.

Mimpi sang Garuda adalah sebuah novel yang menceritakan mimpi seorang anak yang berlawanan dengan keinginan seseorang  yang dicintainya. Alur yang digunakan dalam novel tersebut adalah alur Maju. Cerita yang disajikan dirangkai secara berurutan. Tempat terjadinya peristiwa dalam novel tersebut antara lain di Sekolah, Lapangan Bola, Rumah Bayu. Pada waktu pagi, siang, dan malam. Suasana cerita dalam  novel tersebut menyenangkan,bahagia, tapi meyedikan sekaligus mengharukan. Tokoh – tokoh yang berperan dalam novel tersebut antara lain : Ibu Bayu, Ayah Bayu(Ali), Pak Usman Bang Dulo, Heri, Bayu, Amelia, dan Edwin.. Ibunya mempunyai watak  Sabar, Baik hati, penuh pengertian. Ayahnya (Ali) Baik hati, ramah, cinta pada keluarganya. Pak Usman mempunyai watak keras, suka memaksa kehendak, tapi Baik. Bang Dulo Baik hati, setia pada atasan, suka bercanda, dan ramah. Heri, Amelia, Edwin, dan Bayu  adalah anak – anak yang  Baik, suka menolong, dan saling setia satu sama lain.
Jaman sekarang kebanyakan warga indoneisa yang gemar bermain sepak bola, terutama anak – anak. Hal tersebut membuat si penulis Novel menggunakan sepak bola sebagai objek novel. Selain itu, adanya penambahan – penambahan karakter – karekter yang kuat hasil karya Salman Aristo, penulis sekenario film andal saat ini juga menjadi salah satu faktornya.                                    

Bahasa yang digunakan dalam Novel ini sangat baik. Menggunakan bahasa sehari – hari dalam cerita tersebut membuat pembaca ikut dan merasakan tentang peristiwa yang ada dalam cerita yang disajikan. Selain itu bahasa yang kebanyakan menggunakan bahasa yang biasanya digunakan oleh anak menambah daya tarik sendiri bagi novel tersebut.

novel yang berjudul Mimpi Sang Garuda ini sangat bagus untuk anak – anak karena pada novel tersebut menceritakan tentang perjuangan seorang anak untuk meraih mimpinya dan persahabatan sejati. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai inspirasi atau pandangan oleh anak sehingga anak – anak yang telah membacanya tahu bahwa mengejar mimpi tidaklah mudah. Selain itu, menggunakan sepak bola sebagai obyek menambah daya tarik tersendiri bagi anak untuk membacanya.