Kamis, 08 Desember 2011


4.Novel
KORUPSI MERAJALELA




Judul                           : Kacamata Sidik
Nama pengarang          : Adkhilni M. S.
Editor                          : Dadi M. Hasan Basri
Penerbit                       : Lazuardi, Jakarta Selatan
Cetakan                       : Pertama, 2004
Tebal buku                  : 150 halaman

Adkhilni Mudkhola Sidqi. Hingga saat ini, ia tinggal di Serang, kota kelahirannya, 8 Agustus 1986. Namanya cukup unik karena diambil dari Al-Qur’an surah al-Israa’ ayat 80. Ia sangat mencintai kota kelahirannya. Terbukti, berpindah-pindah rumah masih di kota yang sama. Kini, ia tinggal di kompleks UPI Kampus Serang-Ciracas. Sejak kecil sampai sekarang, ia mengenyam pendidikan di kota kelahirannya. Mulai dari SDN 2 Serang (1998), SLTPN 1 Serang (2001), dan SMUN 1 Serang (sekarang). Walaupun sejak kecil gemar menulis, baru tahun 2002 kemarin ia mulai “resmi” memasuki dunia tulis-menulis. Melalui bimbingan guru Toto S.T. Radik, Gola Gong, dan kawan-kawan, ia mulai menulis puisi, cerpen, dan esai secara serius. Karya-karyanya pernah dimuat di harian local: Harian Banten, Fajar Banten, dan jurnal sastra “Ketika”. Semenjak duduk di bangku SD, Aad-nama panggilan Adkhilni M.S.-selalu aktif mengikuti berbagai organisasi, baik keagamaan maupun umum, seperti: RISMA Al-HIdayah SMUN 1 Serang, KAPMI Cabang Serang, Sanggar Sastra Siswa Indonesia (SSSI) SErang, Sanggar Sastra Remaja Indonesia (SSRI) Serang, Kelas Menulis Pustaloka RUmah Dunia, dan terkahir pemuda berkulit sawo matang ini kini tengah menyelesaikan studinya di S3 (Sanggar Sastra Serang). Bersama kawan-kawannya, ia mengurusi SLTP Terbuka Liqmanul Hakim bagi anak-anak putus sekolah di kotanya. Prestasi paling anyar, Aad menyabet juara I Lomba Menulis Esai Tingkat nasional, dengan tema “Hijriah: Momentum Meneladani Kehidupan Rsulullah”, yang diadakan majalaj Sabili dan Majelis Pendidik Al-Irsyad Al-Islamiyah.
Tema yang diangkat dalam kumpulan cerpen ini yaitu kritik sosial yang menekankan pada masalah-masalah yang sering ditemui di instansi pemerintahan. Masalah ini seperti yang terjadi pada umumnya berupa penyuapan, korupsi, dan penggelapan dana. Dibandingkan dengan kumpulan cerpen lainnya, kumpulan cerpen ini lebih menarik karena lebih mengutamakan tentang masalah yang terjadi di zaman sekarang. Hal ini membuat ketertarikan untuk membaca dan ikut memikirkan masalah yang sedang dibicarakan. Selain itu buku ini mempunyai nilai yang lain daripada buku lainnya, yaitu seluruh royalti yang diterima oleh para penulis yang telah menyumbangkan karyanya, akan didedikasikan untuk membantu pengembangan sumber daya sumber daya manusia di Pustakaloka RUMAH DUNIA.
Didalam cerpen yang berjudul “kacamata sidik” menceritakan tentang seorang pegawai negeri bernama Sidik yang kerjanya membersihkan meja para pegawai dan menyiapkan air minum. Pada suatu ketika saat membersihkan rumah tetangganya, dia menemukan sebuah kacamata. Saat ditanyakan, si pemilik rumah tidak tahu mengenai kacamata itu. Mulanya, Sidik menolak karena ia merasa matanya masih waras. Tapi daripada mubazir, Sidik memakai saja kacamata itu. Untung kacamata itu normal, sehingga tidak menjadi masalah bagi Sidik. Selain itu modelnya pun bagus, eksklusif dan tidak murahan. Frame-nya berwarna biru titanium, lensanya tidak terlalu tebal, dan ringan dipakai. Kawannya yang bekerja di toko optic mengaakan kacamata itu harganya bisa mencapai setengah juta rupiah. Semua orang lebih suka penampilan Sidik yang berkacamata, tertuma istri dan anaknya, karena menurut mereka lebih terlihat pintar. Padahal, Sidik hanya lulusan SD. Apalagi hampir semua orang di kantornya memakai kacamata termasuk Bapak Kepala Dinas yang terhormat. Dan sudah pasti mereka memakai kacamata bukan karena ingin dibilang ganteng atau pintar, melainkan karena mata mereka sudah tidak normal lagi karena tiap hari kerjanya menulis, computer, atau ngitung duit.
Pagi-pagi sekali, Sidik pergi ke kantor dengan memakai kacamata barunya. Ia berjalan dengan gagah dan percaya diri. Sepanjang jalan Sidik begitu menarik perhatian, bukan karena kacamata barunya. Tapi setiap ia berpapasan dengan seseorang, ia selalu mengucapkan “Selamat pagi!” sambil memamerkan kacamata barunya. Dikantor, Sidik bekerja lebih giat. Ia membersihkan meja para pegawai dan menyiapkan air minum lebih awal.
Saat Bapak Kepala Dinas datang dan masuk tempat parker. Tapi, alangkah terkejutnya Sidik ternyata yang keluar dari mobil bukan Bapak Kepala Dinas, melainkan manusia srigala. Manusia srigala itu bertingkah seperti manusia, berjalan diatas dua kaki dan berpakaian seperti Bapak Kepala Dinas, berkacamata pula. Mulutnya penuh dengan bercak darah, Sidik pun takut dibuatnya. Sidik masih tidak percaya dan melepas kacamatanya, Alhamdulillah manusia srigla tersebut sudah hilang dari pandangannya. Sidik masih penasaran dengan manusia srigala yang keluar dari mobil Pak Kadis. Pak Hendra pun mengomentari penampilan baru Sidik. Pujian pun mengalir dari mana-mana. Hampir setiap orang yang ditemuinya saat itu berkomentar sama: “kacamatamu bagus”.
Saat Sidik menuju ruangan Pak Kadis, di ruang itu tidak ada Bapak Kepala Dinas dan tamunya, tetapi manusia srigala, siluman tikus dan siluman ular. Bahkan manusia srigala itu berbicara dengan para siluman. Mereka membicarakan proyek! Sidik mengurungkan niat untuk masuk dan memilih pergi. Wajah Sidik pucat seperti tembok kantor. Sidik pun pingsan dibuatnya, yang ia tahu hanyalah kepala pening dan berat. Para pegawai kantor dengan seragam dinas mengerubungi dan menanyainya. Sidik bercerita bahwa ia meilhat siluman di ruangan Pak Kadis. Namun mereka semua tak percaya. Selebihnya hidunya selalu tidak tenang, karena setiap hari, ia melihat manusia jadi-jadian.
Setelah beberapa hari, Sidik memutuskan untuk mengurung diri di kamar, dia hanya keluar pada saat Pak Kabag TU dan orang-orang kantor datang menjenguk. Namun begitu melihat Pak Kabag, Sidik berteriak-teriak sambil lari tunggag langgang sambil kembali ke kamar. Sejak saat itu, Sidik tidak pernah keluar kamar lagi. Istrinya memintanya seger masuk kantor karena khawatir Sidik akan dipecat. Tapi, Sidik tidak menggubrisnya. Sidik sudah tidak tahan lagi. Dan memutuskan keluar dari kantor yang mirip kebun binatang itu. Tapi ia mengubah keputusannya, ia tidak ingin keluarganya hidup menjadi gelandangan.
Sudah seminggu ini Sidik kembali bekerja, tanpa kacamata. Kacamata itu sudah dibuangnya jauh-jauh, karena kacamata itulah, Sidik melihat penampakan yang aneh-aneh. Dia merasa lebih merdeka tanpa kacamata, walaupun semua banyak berkomentar. Lega rasanya melihat Bapak Kepala Dinas yang terhormat kembali mendapatkan wajahnya. Tetapi, tukang sapu jalan yang berkacamata di seberang sana keheranan melihat Sidik yang sedang menunduk-nuduk dihadapan Bapak Kepala Dinas, sedikit demi sedikit bulu-bulu tumbuh di sekujur tubuhnya dan mulutnya berubah menjadi berparuh. Menjadi burung beo! Tukang sapu itu berteriak sambil lari tunggang-langgang menunjuk ke kantor dinas. Sidik dan Bapak Kepala Dinas berasu pandang. Heran.
Di dalam kumpulan cerpen ini banyak memakai latar tempat yang minimalis, hal ini akan membuat pembaca lebih nyaman untuk mengambil informasi. Masih banyak yang alur ceritanya berjalan lambat. Dan kadang-kadang cerita ini dapat membuat suasana si pembaca ikut merinding merasakan apa yang sedang terjadi. 
Penyusunan cerpen didasarkan pada isi cerpen. Isi cerpen yang diutamakan adalah mengenai kasus korupsi yang sering terjadi di institusi pemerintahan. Selanjutnya dilanjuutkan dengan perebutan kekuasaan diantara para pejabat hingga menghalalkan segala cara. Hingga dapat merugikan masyarakat hingga keluarganya sendiri yang harus menanggung beban atas perbuatan mereka. Selain itu pada  beberapa cerpen diterangkan tempat dan tahun pembuatan cerpen tersebut. Namun ada beberapa cerpen juga yang tidak disertakan tempat dan tahun pembuatannya. Sehingga letak kumpulan cerpen tersebut diselang-seling antara yang disertakan dengan yang tidak disertakan.
Kelebihan kumpulan cerpen ini adalah adanya persamaan antara cerita satu dengan yang lainnya, yaitu mengenai korupsi, perebutan kekuasaan dan penindasan terhadap kaum lemah. Selain itu bahasa yang diapakai adalah bahasa yang sering digunakan sehari-hari sehingga mudah untuk dipahami. Gambar yang disertakan untuk mewakili judul cerpen membuat cerpen terlihat lebih menarik. Selain itu Suasana dalam cerpen digambarkan dengan sangat baik sehingga para pembaca bisa ikut merasakannya. Berikut ini adalah salah satu kutipan cerpen yang berjudul Kacamata Sidik karya Adkhilmi M. S. “Tanpa bicara, Sidik membawa nampan itu ke ruang rapat. Mendadak tampak bayang-banyang samar di lantai. Bayang-bayang itu terlihat aneh, Sidik bisa melihat penuh bayangan itu. Sidik tampak tegang. Kemudian, tangan dan kakinya mulai gemetar. Terdenar geraman mengerikan. Kepala Bapak Kepala Dinas mulai memanjang. Begitu juga tubuhnya. Bahunya semakin membesar. Bulu-bulu tampak jelas bermunculan diwajah dan tangannya, yang sekarang berubah menjadi kaki bercakar. Manusia serigala mendompak, mengatupkan rahangnya dengan keras”.
Kumpulan cerpen ini mempunyai beberapa kekurangan yaitu jalan ceritanya terlalu lambat, sehingga membuat pembaca mudah bosan. Dan banyak menggunakan bahasa daerah terutama bahasa jawa. Ini akan membuat beberapa pembaca tidak mengerti arti kata tersebut. Serta masih ada cerpen yang tidak tercetak tahun pembuatannya, sehingga pembaca sulit mencari asal-usul cerita tersebut.
Kesimpulan cerpen ini sangat bagus karena isinya banyak mengemukakan masalah sosial yang terjadi di sekitar kita, membuat pembaca sadar dan tergugah untuk mengatasinya bersama. Sehingga dapat dikatakan bahwa karya ini layak dikonsumsi oleh masyarakat umum,, terutama pejabat instansi pemerintahan agar lebih mengutamakan kebutuhan masyarakat daripada keperluan pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar